Diperoleh informasi sebelum menuju ke lokasi jika penduduk dikampung ini adalah hampir seratus persen china yang pastinya bukan muslim, banyak rumah ibadah china disana kata teman. Cuma Masjid ada kok, bisa untuk sholat.
Bisa untuk sholat jum’at juga enggak?
Nah itu yang saya belum jelas, tambah teman yang memberi informasi tadi, cuma jika untuk sholat berjamaah bisa, kan jika untuk sholat jum’at ada syaratnya. Bener juga.
Sesampainya di kampung china di pulau ketam itu ternyata, penduduk-nya sudah jauh berkurang dari yang sebelumnya. Jika 20-an tahun yang lalu kata kevin salah satu orang china yang lahir dan besar serta tetap memilih untuk menetap dikampung itu, yang 20-an ribu orang dulu hampir seluruh-nya cina dengan pencarian utama sebagai nelayan dilaut sekitar pulau ketam,
sekarang ini banyak penduduk yang sudah berpendidikan tinggi , karenanya tidak mau lagi tinggal dikampung itu, maka sekarang penduduk-nya tinggal kurang lebih 6 ribuan saja dan kurang lebih 80 persen adalah china denga 90 persen masih sebagai nelayan atau petani dan peternak ikan laut, selebihnya orang melayu, orang asli malaysia dan pendatang dari indonesia serta lain lainya, jelas Kevin.
Maka tidak heran jika ditengah tengah komunitas china itu ada Balai Islam yang sekaligus juga adalah Musholla, bukan masjid ternyata seperti diperoleh informasi sebelumnya. Balai Islam ini digunakan untuk kegiatan segala macam keperluan termasuk dakwah dan kegiatan ibadah. Perempuan sholat dilantai bawah dan lelaki sholat dilantai atas kata petugas di balai itu.
Cuma perlu ada rasa saling toleransi tinggi di balai ini, karena di-kiri kanan-nya adalah rumah makan china, yang jika malam hari ramai pengunjung yang makan disitu dan tercium bau masakan - khas sekali makanan china, tidak perlu latihan, lama lama juga pasti bisa. Hidup terasa damai di kampung ini.
Oh ya, selain ada Balai Islam, tampak jelas ada juga rumah ibadah untuk umat kristen yang berdiri tegak dikampung itu.
No comments:
Post a Comment